Risiko apa saja yang berpotensi timbul selama trading pada periode likuiditas yang rendah?

Likuiditas adalah istilah yang merujuk pada kecepatan penjualan atau pembelian aset/instrumen tanpa tergantung pada perubahan harga, tetapi tergantung pada volume transaksi dan jumlah pelaku pasar. Ketika permintaan dari para pelaku pasar (penjual dan pembeli) sedikit, tingkat likuiditas bisa dikatakan rendah, dan dapat berakibat buruk pada eksekusi order karena sering melibatkan pelebaran spread. Rendahnya tingkat likuiditas ini dapat diamati melalui beberapa peristiwa berikut:

1. Ketika berita makro-ekonomi dirilis. Terkhusus tingkat suku bunga dari bank-bank sentral, informasi mengenai tingkat inflasi, indeks manajer pembelian, produk domestik bruto, serta pengumuman bank-bank sentral di Inggris, Jepang, Swiss dan Federal Reserve Amerika Serikat.
2. Selama periode rollover (pukul 23:55–00:05 EET), yakni ketika bank-bank besar dan sistem ECN mulai berhenti menyediakan kuotasi dan sedang dalam waktu istirahat dengan menghilangkan order-order dari sistem.
3. Sebelum dan selama penurunan aktivitas pada aset, waktu dan sesi perdagangan tertentu. Ini menunjukkan variasi perilaku pasar pada masing-masing sesi perdagangan mata uang. Misalnya, yen diperdagangkan sangat aktif pada sesi perdagangan Asia, sedangkan euro selama sesi perdagangan Eropa, dll.
4. Pada pembukaan pasar hari Senin dan penutupan pasar hari Jumat, atau tepatnya ketika jumlah para pelaku pasar menurun.

Perdagangan yang dilakukan pada salah satu peristiwa di atas berpotensi membawakan kerugian. Mengingat order pending dan order IF Done dieksekusi pada harga yang diminta, atau pada salah satu harga yang tersedia di pasar, maka order-order tersebut berpotensi untuk dieksekusi dengan pasar slip bilamana harga yang diminta berubah ketika eksekusi dilakukan.

Dalam kasus tertentu, penyimpangan kuotasi (non-market quotes) dapat muncul selama periode likuiditas yang rendah.